Novel Horor : Antara Indonesia dan Jepang
NOVEL HOROR : ANTARA
INDONESIA DAN JEPANG
Oleh :
Arif M. Rasyid
Apa
yang anda rasakan, ketika melihat sebuah novel Indonesia dengan judul yang
mengundang bulu kuduk anda untuk berdiri ? Tertarik untuk membacanya ? Atau
sama sekali anda tidak tertarik untuk membacanya ? Tapi, apa yang anda rasakan
ketika melihat novel dengan tema yang sama, namun novel tersebut hasil karya
penulis luar Indonesia ? Tertarikkah anda membaca novel tersebut ? Atau sama
sekali tidak tertarik sama seperti anda tidak tertarik membaca novel horor
Indonesia ? Jawaban setiap orang tentu saja beragam. Jika anda cukup takut
untuk membaca novel Indonesia yang bertemakan horor, anda pasti akan
meninggalkannya dan bergegas pergi dengan berbagai alasan untuk tidak membeli
dan tidak membacanya. Tapi, hal yang berbeda pasti dialami oleh novel horor
yang ditulis oleh penulis-penulis luar Indonesia ! Entah apa yang membuat novel
mereka begitu istimewa, tetapi satu hal yang sudah sangat pasti, sinopsis dari
novel tersebut sudah pasti dibaca meskipun orang yang membaca sinopsis novel
tersebut termasuk orang yang penakut.
Pembedaan
tersebut dirasa tidaklah adil, karena novel-novel Indonesia dengan tema horor
tersebut membawa unsur budaya dan dekat dengan kita. Tetapi, berbeda dengan
novel-novel horor yang datang dari luar (dalam hal ini novel horor yang datang
dari Jepang) belum tentu mereka mengangkat budaya negaranya. Walaupun mereka
mengangkat budaya mereka, kita tidak akan dengan mudah mengerti budaya mereka,
karena budaya mereka sangatlah berbeda dengan kita. Namun, menurut penulis
pembedaan tersebut tidak sepenuhnya salah. Karena, hampir seluruh novel
Indonesia dengan tema horor selalu berlatar sex.
Tentu, hal tersebut membuat sebagian kalangan menganggap novel horor Indonesia
adalah novel yang tidak bermutu alias murahan. Namun, apakah setiap novel horor
Indonesia dengan berlatar cerita sex
tersebut kualitas ceritanya murahan ? Atau apakah novel dengan tema horor yang
datang dari Jepang kualitas ceritanya bagus dibandingkan dengan novel horor
Indonesia ?
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kedua karya horor tersebut, ada baiknya
anda membaca artikel ini, agar anda tidak asal memberikan pandangan terhadap
suatu karya yang dihasilkan oleh penulis novel horor Indonesia atau penulis
novel horor dari luar Indonesia. Novel horor adalah sebuah genre novel yang ide
ceritanya menyangkut hal-hal yang berbau mistis dan supranatural misalnya
cerita tentang hantu gentayangan, serta tidak jarang sebuah novel dengan tema
horor mengangkat cerita yang dianggap tabu oleh masyarakat. Novel horor dikenal
di Indonesia mulai tahun 1980-an. Pada masa itu, novel-novel dengan tema horor
mengisi etalase-etalase toko buku dan saat itu minat baca masyarakat terhadap
novel horor Indonesia cukup banyak. Salahsatu pelopor novel horor dan penulis
novel horor paling produktif adalah Abdullah Harahap. Beliau lahir di Sipirok, Tapanuli
Selatan, Medan pada 17 Juli 1943. Sampai saat ini, beliau telah menulis sekitar
60 judul drama, 75 judul misteri, dan 15 judul cerpen. Ketertarikan beliau
terhadap novel bertema horor dimulai ketika beliau sedang melanjutkan studi di
Civic Hukum IKIP Bandung (kini UPI, Bandung). Ketika itu, beliau mendengar
pekikan suara yang menusuk telinga dari seorang perempuan gila yang melahirkan
tanpa bantuan, namun yang terjadi kemudian perempuan dan bayi yang baru
dilahirkannya meninggal. Bermula dari kejadian itu, Abdullah Harahap sering
mengunjungi tokoh masyarakat sekitar dan berbagi cerita mengenai
pengalaman-pengalaman hidup terutama pengalaman hidup yang berkenaan dengan
hal-hal mistis. Sehingga, novel-novel horor karya Abdullah Harahap tidak
terus-menerus bercerita mengenai hantu-hantu yang membunuh dengan membabi-buta.
Melainkan, ada unsur budaya yang Abdullah Harahap masukkan ke dalam novel
horornya. Selain itu, memang tidak sedikit dari novel horor yang Abdullah
Harahap tulis, hantu tersebut menjadi gentayangan berlatar sex atau pemerkosaan dan sebagainya. Tetapi, keseluruhan ceritanya
tidak secara terus-menerus menceritakan sex
belaka.
Karena
novel horor yang Abdullah Harahap tulis sering berlatarkan sex, novel-novel tersebut pernah dianggap sebagai novel yang tidak
bermoral. Alhasil, karya-karya yang ditulis oleh Abdullah Harahap pernah dilarang.
Namun, HB. Jassin ketika itu membela Abdullah Harahap dengan perkataan “Jika unsur sex tersebut dihilangkan dari
cerita novelnya, salahsatu unsur estetiknya akan hilang dan cerita dari novel
tersebut tidak akan menarik lagi”. Pembelaan yang dilakukan oleh HB. Jassin
berbuah hasil, yaitu karya-karya yang telah ditulis oleh Abdullah Harahap tidak
mengalami penyensoran (dipreteli). Berawal dari pembelaan yang dilakukan oleh
HB. Jassin terhadap novel-novel horor karya Abdullah Harahap, mulailah
bermunculan novel-novel horor yang dikarang oleh penulis lain seperti novel Misteri Gadis Tengah Malam karya Tara
Zagita yang bernama asli Bambang Sayno. Dominasi penulis-penulis novel horor
sangat kentara, hal ini dapat dibuktikan dengan peminat novel-novel horor
tersebut semakin banyak.
Namun,
keberhasilan novel-novel horor Indonesia mencapai puncak kejayaan tidaklah
berlangsung lama. Pasalnya pada tahun 1990-an, banyak dari para pembaca
novel-novel horor tersebut yang sadar akan cerita-cerita yang sering diangkat
oleh penulis-penulis novel horor tersebut, hampir selalu sama dan para pembaca
pun mulai risih dengan latar cerita sex.
Penolakan terhadap novel-novel horor yang berlatar cerita sex tersebut pun tidak terelakkan. Sehingga, banyak
penerbit-penerbit yang mulai gulung tikar dan tidak jarang ada pula penerbit
yang bangkrut, karena novel-novel horor yang mereka terbitkan tidak laku
dipasaran. Hal tersebut berimbas pada penulis-penulis novel horor, banyak
diantara mereka yang terpaksa banting setir menjadi pengusaha dan lain
sebagainya. Tetapi, hal yang sangat tragis terjadi pada sang pelopor yaitu
Abdullah Harahap. Beliau memilih untuk berhenti menulis dan kembali pada aktivitasnya
dulu yaitu bekerja sebagai seorang editor dan novel-novel horor Indonesia pun
hilang dari etalase-etalase toko dan lenyap ditelan perkembangan zaman.
Dikala
novel-novel horor Indonesia sedang mengalami masa-masa yang sulit dan hampir
lenyap ditelan perkembangan zaman, masuklah novel-novel horor dari luar
Indonesia (khususnya novel-novel horor dari Jepang). Kemunculan novel-novel
horor Jepang ditandai dengan kesuksesan novel The Ring karya Koji Suzuki. Novel The Ring karya Koji Suzuki pertama kali masuk ke Indonesia pada
akhir 1993. Novel tersebut kemudian menjadi buah bibir, karena ide ceritanya
yang lain daripada yang lain. Novel The
Ring karya Koji Suzuki berlatar cerita misteri kekuatan mistis. Masih
ingatkah anda dengan Sadako Yamamura ? Seorang gadis pemiliki kekuatan
supranatural yang cukup tenar dikalangan penikmat novel-novel horor ? Atau anda
lebih ingat dengan tokoh hantu yang suka keluar dari televisi ? Bila anda sudah
ingat, tokoh tersebut adalah tokoh rekaan yang membuat novel The Ring karya Koji Suzuki laris
dipasaran dan memiliki banyak pembaca, baik di Jepang maupun di Indonesia. Saking
larisnya novel The Ring tersebut, Koji
Suzuki kemudian meluncurkan seri kedua dari novel The Ring yaitu Rasen (1995).
Seri kedua dari novel The Ring
tersebut, kembali meraih hati pembaca novel horor baik dinegeri asalnya maupun
di Indonesia. Kesuksesan novel karya Koji Suzuki tersebut, membuat novel-novel
horor Indonesia benar-benar tenggelam ke dasar penyimpanan buku, dilupakan, dan
terabaikan. Karena sadar bahwa kedua seri dari novel The Ring tersebut meraih sukses yang luar biasa, Koji Suzuki
kemudian membuat seri ketiga dari novel The
Ring, yaitu Rupu (1998). Alhasil,
nasib seri ketiga novel The Ring ini
pun sama seperti kedua saudara kandungnya, sukses dipasaran.
Kesuksesan
ketiga seri novel The Ring tersebut
kemudian sempat difilmkan dengan meraup keuntungan yang besar pula. Bahkan
kesuksesan novel dan film dari trilogi novel The Ring masih dirasakan sampai sekarang. Setelah kemunculan novel The Ring tersebut, novel-novel horor
yang dikarang oleh penulis-penulis Jepang kian menunjukkan dominasinya.
Novel-novel mereka menginvasi seluruh toko-toko buku yang ada diseluruh
Indonesia sampai saat ini. Salahsatu novel horor yang masih dan sedang
menginvasi toko-toko buku diseluruh Indonesia adalah novel karya Soji Shimada
yaitu The Tokyo Zodiac Murders. Novel
ini telah memasuki cetakan ke-34 dan masih tetap laku. Sehingga, dominasi
novel-novel horor dari Jepang kian terlihat dan semakin jelas bahwa novel-novel
horor Indonesia hanya menjadi alas kaki bagi novel-novel horor luar negeri.
Kemunculan
dan kesuksesan novel-novel horor dari luar negeri (khususnya yang datang dari
Jepang) menimbulkan banyak pertanyaan. Apakah benar, novel-novel horor impor
tersebut bagus dari segi kualitas ide cerita ? Apakah benar, novel-novel horor
Indonesia rendah dari segi kualitas dan hanya berlatar sex belaka ? Sehingga, novel-novel horor impor terlihat lebih
superior daripada novel-novel horor Indonesia ataukah itu semua hanya opini
sebagian pembaca yang tidak senang terhadap penulis-penulis novel horor
Indonesia ?
Ditinjau
dari segi minat pembaca dari kedua novel horor beda zaman dan beda negara
tersebut, keduanya memiliki pembaca yang sama-sama tinggi. Novel horor
Indonesia memiliki pembaca yang cukup banyak pada tahun 1980-an sampai rentan
waktu tahun 1990-an. Setelah itu, novel-novel horor Indonesia seakan-akan mati
suri. Sedangkan, novel horor impor dari Jepang memiliki pembaca yang masih
aktif hingga sekarang. Namun, perbandingan ini dirasa sangat tidak adil, karena
novel-novel horor Indonesia tidak lagi muncul dewasa ini, sehingga novel-novel
impor tersebut pastilah menang. Selain novel-novel horor Indonesia tidak pernah muncul lagi, akhir-akhir
ini pikiran pembaca terhadap novel-novel horor Indonesia teracuni oleh
film-film horor Indonesia yang tidak berkualitas. Film-film horor tersebut hanya
mengumbar sensualitas dan sex belaka.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa film horor yang diproduksi
menggunakan jasa aktris porno asal Jepang Rin Sakuragi (film Suster Keramas). Dampak
dari film-film horor Indonesia tersebut merembet pada novelnya. Tidak jarang
pembaca langsung memandang novel horor Indonesia sebagai novel picisan dan
porno.
Selain
dari segi kuantitas pembaca yang dapat dibandingkan, novel-novel horor ini
dapat dibandingkan dari segi kualitas pula. Penulis novel horor Indonesia pada
umumnya selalu membuat tema novel yang cukup identik (sama persis) dengan
pengarang lain. Atau pun, latar tema yang diangkat selalu sama, misalkan
novel-novel horor karya Abdullah Harahap, seluruh tema novelnya hampir sama
yaitu tentang dendam hantu gentayangan dan latar hantu tersebut menjadi
gentayangan sama pula yaitu sex dan
pembunuhan. Sebagai contoh novel Misteri
Perawan Kubur dengan Senggama Kubur
temanya hampir mirip dan latar cerita hantu tersebut gentayangan juga sama.
Sehingga, mengakibatkan kejenuhan pada pembaca. Selain, tema novel-novel horor
yang selalu sama, perkembangan pola pikir pembaca pun luput dari pantauan
penulis novel horor tersebut. Perkembangan pola pikir pembaca selalu
berbeda-beda setiap tahun, namun novel horor Indonesia tidak pernah berubah dan
cenderung lari ditempat. Alhasil, terjadi kesenjangan tema novel horor tersebut
dengan perkembangan pola pikir pembaca di Indonesia dan pada akhirnya
novel-novel horor Indonesia harus mengakui kekalahannya pada perkembangan pola
pikir pembaca sehingga novel-novel horor tersebut harus rela ditembak mati oleh
para pembaca. Namun, berbeda dengan novel-novel yang berasal dari Jepang,
novel-novel karya mereka menyesuaikan diri dengan perkembangan pola pikir
pembaca yang selalu berubah-ubah setiap saat. Sehingga, novel-novel horor dari
Jepang masih sangat diminati oleh para pembaca di Jepang maupun di Indonesia.
Perbedaan
kualitas yang cukup signifikan tersebut tidak membuat penulis novel horor
Indonesia berintrospeksi diri, penulis novel horor di Indonesia cenderung tidak
peduli dengan perkembangan pola pikir pembaca, sehingga pada akhirnya mereka
harus menerima kenyataan bahwa karya mereka harus menjadi alas kaki penulis
novel horor dari luar Indonesia (khususnya dari Jepang).
Apakah
kita mau novel-novel horor Jepang selalu merajai dalam berbagai segi, baik dari
segi kuantitas pembaca dan kualitas cerita novel ? Jawaban bisa saja, Ya.
Selama novel-novel horor Indonesia masih memegang prinsip yang sama yaitu harus
berlatarkan sex. Tetapi, jawaban bisa
saja Tidak. Jika penulis novel-novel horor Indonesia tersebut peduli dengan
perkembangan novel horor di Indonesia. Namun, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Hal yang pertama adalah, jika novel-novel horor Indonesia ingin
mengakhiri dominasi novel-novel horor Jepang, para penulis novel horor
Indonesia haruslah meninggalkan kebiasaan memasukkan unsur sex di dalam karyanya. Kedua, harus ada kepedulian dari
penulis-penulis novel muda untuk memajukan kembali novel horor Indonesia. Ketiga,
pemerintah pun harus tegas dalam peredaran dan pembuatan film-film horor yang
porno. Karena, akibatnya merembet pada novel-novel horor Indonesia. Jika ketiga
hal tersebut bisa dilakukan dengan secara diakronis, saya rasa novel-novel
horor Indonesia layak untuk masuk ke dalam kumpulan koleksi buku yang ada
diperpustakaan pribadi anda.
Bandung,
November 2012