Background

Lanjutan Latihan Skenario Film 1



SC.31.EXT.MARKAS PRAJURIT – PAGI
FLASHBACK.
FADE IN.
Snapshots (melatar-belakangi OS) :
ESTABLISH. Sebuah markas prajurit dengan beberapa senapan terpampang di setiap tenda, terlihat beberapa prajurit dengan mengobrol dengan prajurit yang lain, mereka terlihat akrab, terlihat seorang prajurit yang kelihatannya berpangkat tinggi sedang mondar-mandir memeriksa keadaan markasnya, lalu datang truk dengan para tentara yang berada di dalam baknya, kemudian mereka turun dari truk dan menuju markas tersebut, diantara para prajurit yang baru turun tersebut terdapat Tedi;

ESTABLISH. Memperlihatkan Tedi yang duduk dengan seseorang, ia kemudian mengajak orang tersebut untuk mengobrol, mereka terlihat langsung akrab;

TEDI
OS : pagi itu aku tiba di markas, aku berpikir markas itu merupakan markas yang sangat buruk, aku merasa bersalah pada diriku dan dirimu, seketika itu pula aku ingin langsung pulang, terlebih ada beberapa orang yang berdatangan dengan luka tembak di tangan, aku sangat ketakutan sampai aku ingin menangis saja dan merengek pulang pada komandan di sana, kemudian aku mengobrol dengan seseorang, namanya Nino, ia lebih tua dariku hampir 8 tahun, ia sangat enak diajak untuk mengobrol, pada hari itu kami menghabiskan waktu untuk mengobrol antara satu prajurit dengan prajurit lainnya, kami pun mulai saling mengenal.......

CUT TO FLASHBACK :

SC.32.EXT.POS PENJAGAAN – SIANG
FLASHBACK.
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah pos penjagaan berwarna putih dengan pagar kawat yang dipasang disekitar pos, terlihat Nino dan Tedi sedang berjaga, mereka sesekali terlihat keluar pos dan meneropong dengan teropong yang tersedia, kemudian mereka mencatat apa yang mereka lihat.

Snapshots (melatar-belakangi OS) : ESTABLISH. memperlihatkan Tedi dan Nino yang sedang mengobrol, kemudian mereka sesekali saling melempar canda;

TEDI
OS : setiap kali aku pergi menjaga pos, aku pasti meminta untuk ditemani oleh Nino, entah mengapa, tapi aku merasa sangat nyaman berada di samping Nino, bukan karena ia bisa menjawab apa yang menjadi kegundahan hati yang aku alami, tetapi ia bisa memberikan sebuah solusi yang cukup masuk akan mengenai kehidupanku di sini, aku menganggap Nino seperti saudara dan teman sekaligus, kau tahu kasih, ia sudah seperti tercipta untuk menemani hari-hariku di markas wajib militer ini......

CUT TO FLASHBACK :

SC.33.EXT.PANTAI – SORE
FLASHBACK.
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah pantai dengan ombak dan suaranya yang menggema, beberapa pohon kelapa berdiri kokoh menjulang tinggi di pinggiran pantai, terlihat sebuah dermaga berdiri megah beberapa perahu terlihat bersandar pada dermaga itu, terlihat seorang nelayan menawarkan beberapa ikan yang ada ditangannya, ia selalu tersenyum ketika menawari pengunjung pantai, beberapa orang terlihat sedang duduk-duduk santai di pinggir pantai, terlihat Tedi dan beberapa orang prajurit mengunjungi pantai, mereka terlihat senang, kemudian Tedi terlihat menyendiri.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) :
ESTABLISH. Memperlihatkan Tedi yang duduk seorang diri di tepi pantai, sementara teman-temannya yang lain bermain-main dengan asyiknya, ia terlihat menuliskan sesuatu pada sebuah kertas;

TEDI
OS : Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya, Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
......bagaimana senyummu yang manis menghiasi lamunanku sore itu, kau tidak hanya indah tapi memesonaku disetiap ujung hidupku.....

FLASHBACK CUT TO :

SC.34.EXT.DEPAN RUMAH ALINA – PAGI
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah halaman rumah dengan beberapa tanaman hias tertata rapi di teras rumah, pagar besi berwarna hitam membatasi jalanan dan pekarangan, terlihat lampu taman berbentuk bola berdiri kokoh di tengah-tengah halaman, rumput-rumput masih tampak berembun, daun-daun kering masih berserakan di halaman rumah tersebut, terlihat Alina mondar mandir sedang membaca surat.

CAMERA FOLLOW :
ALINA
VO : (tertawa kecil) aku tidak menyangka ia bisa seromantis ini, aku merasa tersanjung pagi ini (menarik nafas)

CUT TO FLASHBACK :

SC.35.EXT.PANTAI – SORE
FLASHBACK.
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah pantai dengan ombak dan suaranya yang menggema, beberapa pohon kelapa berdiri kokoh menjulang tinggi di pinggiran pantai, terlihat sebuah dermaga berdiri megah beberapa perahu terlihat bersandar pada dermaga itu, terlihat seorang nelayan menawarkan beberapa ikan yang ada ditangannya, ia selalu tersenyum ketika menawari pengunjung pantai, beberapa orang terlihat sedang duduk-duduk santai di pinggir pantai, terlihat Tedi dan beberapa orang prajurit mengunjungi pantai, mereka terlihat senang, kemudian Tedi terlihat menyendiri.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) :
ESTABLISH. Memperlihatkan Tedi yang duduk seorang diri di tepi pantai, sementara teman-temannya yang lain bermain-main dengan asyiknya, ia terlihat menuliskan sesuatu pada sebuah kertas;

TEDI
OS : “barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu. Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.......

FLASHBACK CUT TO :

SC.34.EXT.DEPAN RUMAH ALINA – PAGI
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah halaman rumah dengan beberapa tanaman hias tertata rapi di teras rumah, pagar besi berwarna hitam membatasi jalanan dan pekarangan, terlihat lampu taman berbentuk bola berdiri kokoh di tengah-tengah halaman, rumput-rumput masih tampak berembun, daun-daun kering masih berserakan di halaman rumah tersebut, terlihat Alina mondar mandir sedang membaca surat.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : ESTABLISH. memperlihatkan Alina yang terdiam ketika membaca surat Tedi pada lembaran kedua, ia terlihat mengkerutkan dahinya, terlihat ia kebingungan kemudian ia duduk sambil memegangi surat yang ada di tangannya itu;

TEDI
OS : Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.
CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : M L S. memperlihatkan Alina yang tidak mengerti dengan isi surat dari suaminya tersebut, ia sesekali membolak-balik surat tersebut, kemudian ia memegangi bibirnya, lalu melanjutkan membaca surat tersebut;

TEDI
OS : Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.
“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”
Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.
“Catat nomernya! Catat nomernya!”
Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.

CUT TO :

Snapshots : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

ALINA
VO : apa yang sebenarnya hendak suamiku katakan? (mengkerutkan dahi)

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.
“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”
Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi. Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan. “Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah. Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar. Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.
Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.
Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.
“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.
Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu. Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.
“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”
Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina. Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina. “semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?” Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih. Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.

CUT TO :

Snapshots : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut, kemudian Alina berdiri dan memegangi kepalanya, ia tampak kebingungan, kemudian tak lama ia mengambil surat tersebut dan membacanya kembali;

ALINA
VO : ada apa dengan suamiku? Ia mengirimiku surat yang sangat aneh, tak satu pun kata yang ia tuliskan dapat aku pahami (menarik nafas) apa yang sebenarnya hendak ia katakan padaku....(mengkerutkan dahi)

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilahi. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Alina kekasihku, pacarku, wanitaku. Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos. Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu. Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut;

TEDI
OS : Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi. Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.

CUT TO :

Snapshots : L S. memperlihatkan Alina yang sangat tidak mengerti dengan surat yang dikirim suaminya tersebut, ia kemudian meletakkan surat tersebut dan berdiri, lalu ia terlihat bingung, kemudian ia memeriksa surat tersebut dengan seksama dan jatuhlah sepucuk kertas kecil yang ada di dalam amplop surat tersebut;

ALINA
VO : apa ini!!! (membuka kertas tersebut)

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : L S. Memperlihatkan Alina yang membaca kertas tersebut, tak lama matanya mulai berkaca-kaca dan menangis, ia terlihat sangat sedih, sesekali ia menutupi bibirnya, lalu tak lama ia pun terduduk di lantai, tangisannya sangat pilu;

CUT TO FLASHBACK :



SC.35.EXT.PANTAI – SIANG
FLASHBACK.
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah pantai dengan ombak dan suaranya yang menggema, beberapa pohon kelapa berdiri kokoh menjulang tinggi di pinggiran pantai, terlihat sebuah dermaga berdiri megah beberapa kapal perang terlihat bersandar pada dermaga itu, terlihat seorang nelayan menawarkan beberapa ikan yang ada ditangannya, ia selalu tersenyum ketika menawari pengunjung pantai selain para prajurit, beberapa orang terlihat sedang duduk-duduk santai di pinggir pantai, terlihat beberapa orang prajurit mendatangi pantai, diantara para prajurit itu terlihat Tedi.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) :
ESTABLISH. Memperlihatkan para prajurit yang mengunjungi pantai, mereka tampak tak bersenjata, semua prajurit tersebut terlihat menikmati kunjungan mereka ke pantai, mereka sesekali terlihat melempar canda, terlihat sebagian dari mereka berlari-lari di pinggir pantai;
ESTABLISH. Tedi terlihat berjalan-jalan santai dengan memegang sepatunya, ia sesekali terlihat tersenyum, kemudian ia menghampiri ombak, lalu ia menghindarinya, Tedi terlihat bahagia, kemudian seorang temannya menggoda Tedi, mereka terlihat bercanda-canda, mereka terlihat tertawa-tawa sesekali mereka terlihat bermain kejar-kejaran;
C U. Memperlihatkan Tedi yang berdiri di pinggir pantai, ia terlihat memandang ke sekitar pantai;

TEDI
OS : hari itu adalah hari terindah aku bersama teman-temanku pada awalnya, kami mendapatkan kabar bahwa kami bisa pulang, karena komandan telah memutuskan bahwa kami telah selesai melaksanakan wajib militer, kami semua senang termasuk Nino, lalu kami memutuskan untuk pergi ke pantai hanya untuk sekedar bersenang-senang, awalnya, pantai begitu menyenangkan, aku pun merasakan apa yang teman-teman yang lainnya rasakan, kami begitu terlarut dalam kesenangan pantai kala itu,

INS. : CAMERA FOLLOW. memperlihatkan beberapa orang bersenjata lengkap mendatangi pantai, kemudian mereka terlihat mengintai para prajurit yang sedang menikmati pantai, lalu mereka mulai mendekati para prajurit itu, kemudian mereka menyerang para prajurit itu;



TEDI
OS : tetapi kami salah, kesenangan kami ternyata tidaklah berlangsung lama, ada sekitar beberapa orang bersenjata lengkap ternyata mengawasi kami dari jauh, kami tidak sadar walau hanya sedetik pun kami terus bersenang-senang sampai mereka menyerang kami......

INS. : CAMERA FOLLOW. memperlihatkan para prajurit yang berlari menghindari tembakan, mereka menuju mobil untuk mengambil senjata;

TEDI
OS : kami memutuskan untuk melawan, kemudian baku tembak tidak terelakkan, aku diperintahkan oleh Nino untuk diam dan melindungi mereka dari jauh.....

C U :
NINO
Kau lindungi saja kami dari sini (tersenyum) kau akan segera pulang, jangan sampai istrimu kecewa karena kau pulang di dalam peti jenazah, biarkan kami yang melawan mereka, kau coba hubungi markas untuk meminta bantuan, kau bisa lakukan itu, Ted? (menatap Tedi)

L S :
TEDI
Tapi....(terpotong)

C U :
HASAN
Tidak ada tapi-tapian, Ted! (memegang pundak Tedi) kau masih muda sementara kami, tidak perlu aku jelaskan lagi, kau pun sendiri sudah tahu, ya’kan? (menatap Tedi) sekarang lakukan apa yang Nino katakan, cepat hubungi markas, minta segera bantuan, ayo sekarang lakukan!! (menatap tajam Tedi)

L S :
TEDI
Baiklah, tapi kalian harus hati-hati, karena bukan hanya aku yang punya seseorang yang sedang menunggu di rumah, kalian juga (tersenyum)

INS. : ESTABLISH. memperlihatkan para prajurit yang meninggalkan mobil mereka dan mulai menyerang para penyerang, terlihat Tedi langsung mengarahkan senjatanya pada arah depan untuk melindungi teman-temannya;

CUT TO :
Snapshots (melatar-belakangi OS) : CAMERA FOLLOW. memperlihatkan Tedi yang meraung-raung ketika melihat Imran tewas, kemudian ia dan para prajurit lainnya berlari menuju sebuah dermaga;
ESTABLISH. Memperlihatkan para pemberontak yang berlari menuju dermaga, kemudian mereka melempar sebuah granat;
CAMERA FOLLOW. Memperlihatkan para prajurit termasuk Tedi berlari menghindari serangan tersebut;

TEDI
OS : aku berusaha sebaik mungkin melindungi mereka, tapi kemudian salah satu rekan kami tewas tertembak, Imran, aku sedih ketika menyadari Imran-lah yang menjadi korban pada waktu itu, bahkan aku masih ingat ketika ia memegangi foto pacarnya, aku selalu terngiang kata-katanya, aku merasa bersalah sekali karena tidak becus melindungi teman sendiri..... kami sangat terdesak waktu itu, lalu kami memutuskan untuk berlindung di sebuah dermaga...lalu, kami melihat seorang pemberontak itu melemparkan sebuah granat, kami ketakutan.....tapi, beberapa waktu kemudian bantuan datang, kami merasa terselamatkan, tapi kasih, aku tidak sadar ada seseorang yang sedang mengincarku, ia menembak kakiku, aku tidak menyadarinya sampai Nino menembak mati orang itu,

FLASHBACK CUT TO :

SC.36.EXT. DEPAN RUMAH ALINA – PAGI
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah halaman rumah dengan beberapa tanaman hias tertata rapi di teras rumah, pagar besi berwarna hitam membatasi jalanan dan pekarangan, terlihat lampu taman berbentuk bola berdiri kokoh di tengah-tengah halaman, rumput-rumput masih tampak berembun, daun-daun kering masih berserakan di halaman rumah tersebut, terlihat Alina mondar mandir sedang membaca surat.

CUT TO :

Snapshots (melatar-belakangi OS) : ESTABLISH. memperlihatkan Alina yang terdiam ketika membaca surat Tedi pada lembaran kedua, ia terlihat mengkerutkan dahinya, kemudian ia menangis;

TEDI
OS : Alina, kau jangan khawatir....dokter bilang aku tidak akan cacat, aku hanya membutuhkan waktu cukup lama untuk penyembuhannya, aku sengaja mengirimimu surat yang sedikit membingungkan agar kau tidak syok ketika membaca suratku yang berisi musibah ini, aku berharap kau bisa menerimaku ketika kembali dari medan perang dengan keadaan sakit, satu hal yang aku takutkan ketika kakiku tertembak, yaitu kau, aku takut kau tidak menerimaku karena aku akan ada pada kursi roda untuk waktu yang cukup lama, aku takut kehilanganmu, aku belum siap,......aku akan pulang tanggal 13 Februari, aku harap kau datang untuk menjemputku. Peluk cium, suamimu, Tedi.

CUT TO :

L S :
ALINA
V O : aku tidak akan meninggalkanmu, sayang, kau selalu ada di dalam hatiku dan hidupku selamanya, aku janji aku akan datang tanggal 13 Februari

FREEZE.
DISSOLVE TO :

SC.37.INT.STASIUN KERETA API – PAGI
FADE IN.
ESTABLISH. Sebuah stasiun kereta api dengan beberapa kereta api yang diam, terlihat beberapa penumpang berdesakan masuk ke dalam kereta tersebut, terlihat seorang penjaga kereta sedang sibuk mengatur lalu lintas kereta, ia sesekali menggunakan peluitnya untuk memberitahu masinis, terlihat beberapa orang sedang menunggu kereta api, mereka duduk pada sebuah bangku yang terletak tidak jauh dari tempat penjualan tiket, terlihat Alina datang dengan menggunakan pakaian yang sangat menarik, baju berwarna putih bermotif polkadot hitam, dibalut dengan sweater warna kuning muda, rok yang dipakai senada dengan bajunya, dan berwarna hitam berhak rendah, ia terlihat menuju sebuah bangku, kemudian ia duduk, ia sesekali membuka tas kecilnya, mengambil sebuah cermin kecil dan merapikan riasan yang menempel di wajahnya, kemudian ia memasukkannya lagi.

C U :
ALINA
VO : aku harap ia kembali hari ini, aku sudah terlalu lama menunggunya pulang, ini sudah hampir 8 bulan ia meninggalkanku, aku sangat rindu dengannya, semoga saja ia bisa datang dan menyapaku di sini (tersenyum)

CUT TO :

Snapshots : ESTABLISH. memperlihatkan sebuah kereta api yang datang ke stasiun itu;

CUT TO :



CAMERA FOLLOW :
ALINA
VO : sayang kaukah yang ada di dalam kereta api ini? Ini aku adindamu terkasih datang untuk menjemputmu! (berdiri lalu berjalan menuju kereta itu)

CUT TO :

Snapshots : ESTABLISH. memperlihatkan para penumpang yang turun dari kereta api, kemudian mereka berjalan menuju pintu keluar, terlihat Alina berjalan menuju kereta tersebut, ia kemudian terlihat menerawang mencari-cari seseorang, sesekali ia menyenggol seseorang, secara refleks ia berkata “maaf!” dan tersenyum, tak lama setelah mencari, ia terlihat kelelahan, terlihat kereta pun sudah kosong, ia kemudian duduk kembali di bangku yang sama;

CUT TO :

L S :
ALINA
VO : mungkin kereta berikutnya kau ada di dalamnya, aku akan setia menunggumu, sampai kapan pun,.....(menyeka keringat di wajah)

CUT TO :

Snapshots : ESTABLISH. memperlihatkan Alina yang menunggu dengan waktu yang cukup lama, sesekali ia melihat ke arah luar untuk melihat hari, kemudian ia kembali fokus pada stasiun tersebut, ia sesekali terlihat mengobrol dengan penumpang perempuan yang duduk di sampingnya, kemudian setelah penumpang perempuan itu pergi, ia pun kembali fokus pada setiap kedatangan kereta api, lalu ia pun kembali melihat ke arah luar, terlihat matahari mulai menguning, ia pun bangkit, dan merapikan bajunya, terlihat Alina meninggalkan stasiun kereta api tersebut;
CAMERA FOLLOW. Memperlihatkan seorang prajurit yang duduk di atas kursi roda dengan didorong oleh seorang prajurit, lalu Alina berlari menghampiri prajurit itu;

CUT TO :

CAMERA FOLLOW :
ALINA
VO : aku tahu itu kau, iya itu kau (berlari sambil menangis)

Snapshots : ESTABLISH. memperlihatkan Alina yang menangis di hadapan suaminya, ia terlihat sangat sedih dengan keadaan suaminya tersebut, kemudian ia terlihat memegang tangan suaminya, sesekali ia mengusap air mata suaminya yang mulai mengalir;

L S :
ALINA
Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sampai kapan pun, aku lebih memilih untuk setia denganmu, aku selalu menerimamu dengan sepenuh hatiku, kau selalu ada di dalam hidup dan hatiku selamanya, aku bangga padamu, aku cinta padamu, aku tidak akan pernah menggantimu dengan yang lain, karena kau adalah orang yang sangat hebat, kau bisa memutarbalikkan cinta, aku kagum denganmu (memeluk Tedi)

Snapshots : ESTABLISH. memperlihatkan Tedi yang menangis tanpa berkata apapun, Nino yang ada di belakang mereka pun ikut menangis sambil sesekali mengusap pundak Tedi;

DISSOLVE TO :
ROLLING TITLE.

Categories: Share

Leave a Reply